Saturday 3 October 2015

MENGENAL SUKU MENTAWAI


Suku Mentawai


 Suku mentawai adalah suku penghuni asli dusun butuy, siberut, di pedalaman mentawai.

    E kudu kudu aku sikamangon buttui tamaniu

   E aku si mentawai aku si mentawai tamaniu

   E aku pakei kabit aku pakei kabit tamaniu

   E aku pakei leccu aku pakei leccu tamaniu

Itulah syair yang di kumandangkan oleh pria sesepuh asli mentawai di depan uma (Rumah tradisional Suku Mentawai). Meskipun kulit sudah keriput pria sepuh ini berbalut tato di tanganya, sambil sesekali menghisap rokok yang asapnya mengikuti arah angin ke sekitar rumah yang berada di kawasan hutan.

Rumah Suku Mentawai


Pria itu adalah Aman lau lau seorang sikerei  dari suku salakbirat. Rumah mentawai, diturunkan secara patrilineal ini berbahan dari alam. Tiang-tiang utamanya dari kayu ribuh yang kokoh. Daun rumbia melindungi penghuninya dari hujan dan panas.Ada juga bambu, rotan, batang pohon enau, serta gaharu sebagai bahan tambahan. Dibagian depan yang menghadap ke arah matahari terbit, tangga kayu berlengkung saling menyambung hingga menyentuh tanah di bawahnya.di ujung tangga, tanah cekung menampung air untuk mencuci piring. Ruang tengahnya luas, seluas lapangan sepak takraw. Punen, upacara adat pun berlangsung di sini. Aman lau lau tidak tinggal sendiri di uma ini. Ia bersama istrinya Abay lau lau dan lima anaknya.Aman, yang kemudian di ikuti anak ter tua, adalah sebutan untuk pria yang telah beristri. Si istri di panggil dengan Abay. Untuk beberapa hari, di keluarga inilah Saya melupakan sejenak keriuhan kota yang sudah tidak terasa nyaman lagi, mengggantinya dengan menghirup kenyamanan dusun butuy, siberut, di tengah hutan hujan pedalaman mentawai.Tato yang berkelidah dari kaki hingga pipi orang mentawai bukanlah wujud gagah-gagahan apalagi tanda bahwa mereka seorang kriminalis. Dalam arat sabulungan, aliran kepercayaan masyarakat pedalaman mentawai, titi (Tato) jauh lebih agung dari itu. Titi berisi falsafah hidup, seluruh perjalanan abadi mereka menuju surga. Orang yang hendak di-titi harus menyiapkan hidangan daging babi dan ayam dalam satu perjamuan sebelum tubuhnya di rajah oeleh seorang sipatiti, si pembuat tato.

"Orang-orang yang meletakan titi di tubuhnya pernah menjadi target oprasi petrus, penembak misterius, sekitar tahun'80-an." Ungkap Adi rosa, peneliti tato mentawai, suatu ketika di kediamanya.Saat ini, Petrus sudah tidak ada lagi.Lawan baru yang harus di hadapi oleh orang-orang pedalaman mentawai berganti rupa dalam wujud agama dan pendidikan formal. Kepercayaan arat sabulungan yang menjadi tapak segala aktifitas mereka pun lambat laun akan ter gerus. Begitu pula dengan titi yang melekat di badan, harus berhadapan dengan pendidikan formal yang hendak di masuki oleh anak-anak mentawai. "Titi yang ada di tubuh anak-anak dan remaja di anggap sebagai simbol keterbelakangan dan primitif, ketika mereka menimba pendidikan di luar kumpulan mentawai" lanjut Adi Rosa. Apa yang membuat orang-orang mentawai "di asingkan" dari hidup yang mendengungkan modernisasi sebagai satu kebudayaan baru?

Aman Lepon di temani keponakanya Tong, mencari tanaman di dalam hutan untuk di jadikan obat-obatan.

Di tengah hutan hujan pedalaman mentawai,uma, rumah tradisional mentawai berdiri kokoh.Kayu ribuh,rumbia,bambu,rotan dan batang pohon enau adalah material untuk membangun rumah tempat berlangsung nya kehidupan sehari-hari dan juga tempat pelaksanaan upacara adat. halaman sebelah: Potret Abay Naro, perempuan mentawai berusia 40 tahunan dengan tato bermotif kail di lengan kiri. Tak hanya pria, perempuan mentawai juga merajah tubuhnya.


Tengkorak monyet hasil buruan di gantung di dalam uma sebagai penanda usia perbedaan di atas rumah tersebut. Aman Lau Lau menarikan tarian uizab, tarian yang gerakanya di ambil dari gerakan burung camar. Tarian ini di tampilkan untuk perayaan kelahiran serta saat membuat rumah. Obat tradisional yang telah di racik oleh Aman Lepon untuk mengobati diare.Wajib bagi sikerei untuk tidak bersetubuh pada malam sebelum ia mencari dan meramu obat.